Tips Pemetaan Mangrove Menggunakan Drone

Jakarta – Mangrove Map. Sebagai orang awam, mungkin yang kita ketahui dari penggunaan drone hanyalah untuk mengambil foto dan video dari atas. Padahal, drone juga diperlukan dalam bidang pemetaan mangrove. Saat ini, banyak kegiatan penanaman mangrove yang dilakukan dalam rangka menghapus jejak emisi karbon di bumi, mengingat mangrove adalah tumbuhan terbaik dalam menyimpan karbon karena mampu menyimpan jejak emisi karbon hingga lima kali lebih banyak daripada tumbuhan lainnya. Untuk itulah, penggunaan drone dalam pemetaan mangrove akan dapat mengetahui luasan dan estimasi karbon yang tersimpan.

Hasil foto udara mangrove meggunakan drone.

Dengan adanya teknologi drone, maka akan memudahkan dalam melakukan pemetaan mangrove karena hasilnya dapat memberikan gambaran visual yang sangat detail. Namun demikian, masih banyak yang belum mengetahui bagaimana sebenarnya penggunaan drone untuk pemetaan mangrove.

Pada artikel ini, Mangrove Map akan membagikan tips mengenai cara menggunakan drone untuk pemetaan mangrove sehingga dalam menjalankan pemotretan foto udara di mangrove, dapat menghasilkan kualitas peta mangrove yang baik. Berikut ini, tips-tips penggunaan drone untuk pemetaan mangrove.

Tips Memastikan Kondisi Drone dan Lokasi Penerbangan dalam Keadaan Baik
1. Persiapan Awal
Sebelum melakukan penerbangan menggunakan drone, perlu diperhatikan kondisi drone terlebih dahulu. Pastikan kondisi kamera, baterai dan memori dalam status baik. Pengecekan terhadap kualitas kamera dapat dilakukan dengan cara melakukan pemotretan di darat terlebih dahulu sebelum penerbangan.

Kondisi baterai juga perlu diperhatikan. Simpan baterai pada tempat dengan kondisi udara yang tidak terlalu panas, dengan baterai-bar kurang dari 50%. Penyimpanan baterai pada tempat yang memiliki kondisi udara yang panas dan baterai-bar lebih dari 50%, akan dapat mempercepat penggembungan baterai. Kondisi baterai yang menggembung, tentu saja sangat berbahaya dalam proses penerbangan, karena dengan kualitas baterai yang buruk in, akan mengakibatkan drone terjatuh kehabisan baterai secara mendadak.

Memori penyimpanan juga perlu dicek. Perlu diketahui bahwa penyimpanan foto pada drone menggunakan memori eksternal. Untuk itulah, maka sangat perlu dipastikan kelayakannya. Masalah umum yang ditemui, biasanya adalah terjadinya kegagalan penyimpanan foto pada memori pada saat penerbangan.

Setelah dipastikan drone pada kondisi baik, hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah perkiraan waktu terbang.

2. Perkiraan Waktu Terbang
Melakukan penerbangan drone untuk memetakan mangrove, perlu memperhatikan perkiraan waktu terbang. Mangrove merupakan tumbuhan yang hidup di wilayah intertidal, sehingga perlu mengamati kondisi pasang surutnya pada saat melakukan pemetaan monitoring hasil penanaman bibit mangrove.

Hal ini dilakukan, mengingat pada saat pemotretan di waktu pasang, bibit mangrove yang ditanam dimungkinkan tidak terlihat karena bibit mangrove tergenang oleh air pasang karena berukuran relatif pendek (30-40 cm).

Selanjutnya, kita juga harus memperkirakan terlebih dahulu luasan mangrovenya. Misalnya, luasan mangrove 3 ha, maka dapat menggunakan 1 baterai. Cara memperkirakan luasan mangrove dapat menggunakan citra Google Earth atau informasi langsung dari pihak terkait (kelompok masyarakat dan dinas pemerintah).

3. Persiapan Tempat Penerbangan
Mempersiapkan tempat penerbangan yang aman, juga perlu dilakukan, mengingat kondisi wilayah mangrove yang berbeda-beda. Misalnya, kita dapat memetakan terlebih dahulu apakah wilayah di sekitar mangrove tersebut terdapat Sistem Tenaga Listrik Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Dengan demikian, maka kita dapat memperkirakan ketinggian drone supaya tidak terpengaruh oleh energi magnet dari SUTET tersebut. Energi magnet dari SUTET dapat membahayakan penerbangan karena drone akan kehilangan orientasi arah terbang.

Untuk itulah, pastikan lokasi penerbangan aman dari SUTET, pepohonan, kabel dan tiang listrik. Dengan demikian, sebaiknya lakukan penerbangan pada area yang lapang.

Setelah memastikan kondisi drone dan lokasi penerbangan dengan baik, maka kita juga perlu mengetahui kendala-kendala apa saja yang sering terjadi dalam penerbangan drone dan bagaimana solusinya.

Kendala dan Solusi saat Menerbangkan Drone
Sebagai pilot drone, pastinya akan mengalami beberapa kendala yang sering ditemui saat melakukan penerbangan. Kendala-kendala yang sering ditemui pada penerbangan drone adalah:

1. Kondisi Cuaca (Hujan dan Angin Besar)
Hujan dapat mengakibatkan korsleting pada peralatan elektronik drone. Untuk itulah, maka sebaiknya pada saat gerimis (sebelum hujan) segera lakukan pendaratan. Selain itu, angin besar juga menjadi tantangan tersendiri, karena keahlian pilot untuk menerbangkan drone benar-benar diuji untuk mengarahkan drone pada posisi yang tepat.

2. Keberadaan Burung
Kendala lain yang perlu diwaspadai adalah keberadaan burung. Burung juga dapat menjadi kendala saat penerbangan apabila pilot tidak berhati-hati, mengingat beberapa jenis burung memiliki kebiasaan menyerang drone di ketinggian.

3. Keterbatasan Area Lapang
Terbatasanya area lapang untuk penerbangan akan menjadi kendala apabila pilot belum memiliki keahlian untuk menerbangkan drone menggunakan pegangan tangan (penerbangan langsung).

Sebagai informasi, penerbangan langsung dapat dilakukan apabila berada di perahu kecil atau daerah yang relatif sempit. Teknik ini dapat menggunakan asisten pilot, dimana asisten pilot bertugas memegangi drone yang diletakkan di atas kepala.

Perlu diperhatikan bahwa teknik ini cukup berbahaya. Untuk itulah, maka perlu dilakukan beberapa kali latihan-khusus untuk melakukan penerbangan langsung.

Ketinggian Ideal Pemetaan Mangrove Menggunakan Drone
Ketinggian penerbangan drone untuk pemetaan mangrove dapat disesuaikan dengan kebutuhan pemetaan, yaitu:
1. Ketinggian Program Monitoring Hasil Penanaman Mangrove (30 m)
Pemetaan mangrove untuk program monitoring penanaman bibit mangrove dapat diterbangkan pada ketinggian 30 m. Ketinggian terbang 30 m akan menghasilkan foto dengan resolusi sangat tinggi, sehingga memungkinkan untuk dilakukan monitoring secara detail pada bibit mangrove dengan ukuran tinggi 30-40 cm.

2. Ketinggian Program Pemetaan Mangrove Eksisting (100 m)
Sementara itu, untuk pemetaan mangrove eksisting, maka drone dapat diterbangkan pada ketinggian 100 m. Ketinggian ini akan lebih dapat memetakan area yang lebih luas, dengan kualitas foto resolusi tinggi.

Demikian, Tips Pemetaan Mangrove Menggunakan Drone yang dapat Anda aplikasikan untuk membantu program rehabilitasi mangrove di wilayah Anda masing-masing. Semoga bermanfaat. (BRDA/ADM).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *